KADA, adalah salah satu dari lima sastra lisan orang ToKotua, di pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara. Kada berbentuk epos yang berisi kisah perjalanan hidup, kedamaian, upaya perdamaian, tentang para raja, kepahlawanan, hubungan dengan sang Pencipta, diplomasi dan berbagai hal khas yang terjadi pada orang-orang ToKotua dan ToMoronene. Kada merupakan "pohon kisah" yang terdiri dari 1700-an bait dengan percabangan kisah yang dapat berdiri sendiri. Pekada (orang yang menceritakan Kada) dapat memulai Kada dari permulaan kisah, atau dari percabangan kisah, dan dapat mengakhirinya di bagian manapun dari cerita tersebut. Aslinya, tradisi lisan ini dikisahkan di saat tertentu (seusai panen atau disaat senggang). Pekada Perempuan, biasanya mengisahkan Kada dari dalam kelambu. Sedangkan Pekada Lelaki, mengisahkan Kada dalam kondisi apapun, baik berbaring atau duduk bersila. Para pendengar Kada akan berkerumun di sekitar mereka dan ikut menyahuti bagian-bagian tertentu dalam kisah.
Pekada tidak sembarang orang, sebab tidak mudah menghapalkan bait yang jumlahnya hampir 2000-an itu. Pelaku memang memiliki "kekuatan" tertentu yang konon diturunkan melalui semacam ritual. Kerasukan, kadang menjadi alasan paling klenik dalam kesastraan lisan ini. Namun begitu pesan-pesan moral dan perilaku yang mencerminkan sikap damai dan upaya-upaya perdamaian begitu kental dalam keseluruhan Kada.
Prosesi ini didokumentasikan di desa adat HukaEa - LaEa, di Taman Nasional Rawa Aopa - Watumohai (TNRAW), dan merupakan bagian dari program pendokumentasian Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara. Publikasi ini merupakan upaya menyebarluaskan informasi kebudayaan dan sastra, dan tidak bersifat komersial.