Namanya juga 'dagelan Mataram'. Para aktor dari pelbagai panggung ini (kethoprak, wayang wong, angkringan televisi, dst) membesut dramatika 'wong cilik'. Sepantasnya masih menggunakan dramaturgi 'Basiyo', maka semua episode kehidupan adalah banyolan. Bahan tertawaan sehari-hari untuk diri sendiri. Dramaturgi Basiyo ini tidak mengenal kelas. Meski kostum menunjukkan seseorang kaya atau berposisi pejabat, tetapi masih dalam jangkauan banyolan. Orang kaya atau pejabat tinggi dijadikan objek 'bulian'. Wong cilik kudu bebas menyikat siapa pun.