Gotong royong merupakan sebuah tindakan yang dilakukan secara bersama untuk mencapai suatu keinginan yang didambakan.
Pada iklan layanan masyarakat yang kami buat, kami melihat nilai gotong royong pada masyarakat di perkotaan yang sangat berbeda dengan masyarakat di pedesaan. Masyarakat kota memiliki salah satu ciri yaitu telah terdapat pembagian kerja bagi setiap masing-masing individu, oleh sebab itu implementasi dari nilai gotong royong di kota sekarang bukannya berarti benar-benar menghilang melainkan mengalami perubahan.
Pada iklan yang kami buat, kami menempatkan sesosok laki-laki "kota" yang berada di pusat kota dengan segala aktivitas masyarakatnya. Tokoh Laki-laki kami tersebut kami gambarkan sebagai seorang yang cuek dan acuh.
Di scene kedua terlihat laki-laki tersebut berjalan di depan sebuah proyek pembangunan, hal ini memiliki arti kota memiliki sebuah cita-cita yaitu pembangunan dengan partisipasi masyarakat di dalamnya. Kami ingin menunjukkan bahwa selama ini pembangunan yang terjadi masih belun melibatkan masyarakat, peran masyarakat dalam membangun kota kami lihat sebagai suatu bentuk gotong royong untuk mencapai tujuan atau cita-cita kota. Kemudian pada scene tersebut juga terlihat jalanan yang sedang macet menggambarkan masalah yang ada di kota mengharuskan "gotong royong" dari masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dan tidak bisa menyerahkannya begitu saja kepada pemerintah.
Pada scene selanjutnya terlihat seorang wanita yang tanpa sadar menjatuhkan barangnya, namun tokoh laki-laki yang melihat kejadian tersebut hanya diam. Scene ini menggambarkan ketidak pedulian atau individualisme masyarakat kota, melihat bahwa nilai tolong menolong merupakan dasar dari tindakan gotong royong itu sendiri.
Scene selanjutnya memperlihatkan ada seorang perempuan yang duduk disamping tokoh laki-laki dan entah tanpa sadar atau tidak perempuan tersebut meninggalkan sampah minumannya. Baik perempuan dan tokoh laki-laki dalam scene tersebut tidak melakukan tindakan apapun ketika melihat "sampah" yang terbuang sembarangan, padahal kita semua tahu bahwa sampah merupakan permasalahan besar yang dihadapi masyarakat kota. Scene ini juga menjadi kritik terhadap masyarakat yang melupakan nilai-nilai gotong royong untuk mengatasi permasalah kota.
Pada scene terakhir ILM kami, kami memperlihatkan bahwa tokoh laki-laki yang memiliki sifat seperti yang telah digambarkan sebelumnya tidak sendiri, melainkan segala sifatnya bukan merupakan masalah dari satu individu. Kami ingin menggambarkan bahwa nilai gotong royong sudah tidak tertanam sepenuhnya dalam diri masyarakat kota.
Secara keseluruhan video iklan layanan masyarakat kami merupakan kritik terhadap masyarakat kota yang memiliki kesadaran rendah terhadap nilai gotong royong. Nilai gotong royong sejatinya masih sangat sesuatu untuk diterapkan di zaman yang telah maju, Soekarno mencetuskan nilai gotong royong secara luas untuk ditafsirkan.