Kerajinan tenun sarung dikenalkan oleh suku Bugis yang datang ke kawasan Samarinda, Kalimantan Timur pada tahun 1668 silam. Hingga saat ini para wanita di Kampung Tenun ini bergantung hidup pada penghasilan kain sarung yang mereka produksi. Sarung tenun Samarinda diproduksi secara tradisional dengan menggunakan alat tenun sederhana yang disebut dengan gedokan.
Produksi sarung tenun ini secara keseluruhan dikerjakan oleh tenaga manusia, mulai dari memberi warna benang, memintal, menenun, hingga mencuci, semua dilakukan secara tradisional tanpa menggunakan mesin. Dikarenakan masih menggunakan alat tenun tradisional dan sederhana, proses pembuatan sarung tenun Samarinda ini membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga hari. Itulah yang menyebabkan satu sarung tenun Samarinda dibanderol dengan harga yang cukup mahal.